Desa Kalukubula menjadi sorotan
dalam kegiatan lapangan Program Studi Magister Ilmu Perikanan melalui kunjungan
ke Pokdakan Merah Putih, sebuah kelompok pembudidaya ikan yang berdiri sejak
Desember 2017. Nama “Merah Putih” dipilih sebagai simbol perjuangan dan
semangat kebersamaan pendirinya. Akmal Ardiansyah, yang memulai usaha ini
secara mandiri sebelum mengajak rekan-rekannya bergabung. Sistem penjagaan
kolam dilakukan secara bergiliran, mencerminkan semangat gotong royong meski
sempat mengalami pasang surut partisipasi.
Pokdakan ini membudidayakan berbagai jenis ikan konsumsi dan hias, seperti nila, lele, komet, mas koki, moli, dan platy. Uniknya, pakan yang digunakan berasal dari olahan lokal, termasuk hasil pengelolaan bank sampah yang terintegrasi dalam kegiatan kelompok. Sampah organik diolah menjadi maggot, yang kemudian digunakan sebagai pakan utama untuk ikan lele. Hasilnya sangat signifikan: panen lele mencapai 150 kilogram, dan penggunaan maggot terbukti lebih menguntungkan dibandingkan pakan komersial.

Bank sampah yang dikelola
Pokdakan Merah Putih tidak hanya berfungsi sebagai sumber pakan, tetapi juga
sebagai sarana edukasi masyarakat sekitar. Nasabah bank sampah berasal dari
warga desa yang turut belajar tentang pemilahan sampah, pertanian terpadu, dan
perikanan berkelanjutan. Sistem pengambilan sampah dilakukan melalui jasa
angkut dan pemilahan, menjadikan kegiatan ini sebagai model ekonomi sirkular
yang berdampak langsung pada ketahanan pangan dan lingkungan.
Dari sisi teknologi budidaya,
Pokdakan ini menerapkan sistem bioflog yang terbukti lebih efisien dibandingkan
sistem ras konvensional. Bioflog memungkinkan ikan mendapatkan pakan cadangan
dari bakteri yang tumbuh dalam kolam, sehingga hasil panen lebih optimal dan
berbentuk bulat sempurna. Sekali panen bioflog bisa menghasilkan hingga 250 Kg
ikan dari 1.000 ekor, dengan konsumsi pakan seimbang. Pakan utama yang
digunakan adalah Robers dengan kandungan protein sebesar 34%, dan racikan
bioflog terdiri dari ecoenzim, kolase, dan garam dalam jumlah lebih tinggi dari
biasanya.
Program ini juga mendapat
dukungan dari pemerintah melalui bantuan bioflog dan bansapras, serta melibatkan
ibu-ibu PKK dalam kegiatan pemberdayaan seperti penanganan stunting. Kegiatan
mahasiswa magister di lokasi ini menjadi bukti nyata bahwa pendekatan akademik
dapat bersinergi dengan inovasi lokal untuk menciptakan model perikanan terpadu
yang berkelanjutan, inklusif, dan berdampak sosial tinggi. Pokdakan Merah Putih
bukan hanya tempat budidaya ikan, tetapi juga pusat pembelajaran masyarakat
tentang lingkungan, ekonomi, dan solidaritas.

Pada akhir kegiatan program studi
turut membagikan brosur pengenalan Program Studi Magister Ilmu Perikanan,
sebagai upaya memperluas informasi dan menarik minat calon mahasiswa. Program sudi
akan kembali membuka penerimaan mahasiswa baru pada bulan Februari tahun 2025,
memberikan kesempatan bagi lulusan sarjana yang ingin melanjutkan studi di
bidang perikanan secara lebih mendalam. Sebelumnya, tercatat lima mahasiswa
asal Palu, Sulawesi Tengah telah menempuh pendidikan di Magister Ilmu
Perikanan, menunjukkan antusiasme dan kepercayaan dari berbagai daerah terhadap
kualitas program ini. Harapannya, melalui kegiatan ini, hubungan baik, kerja
sama, dan sinergi antara institusi dan masyarakat akan terus terjalin dan
berkembang demi kemajuan ilmu perikanan di Indonesia.